Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek
Membiasakan Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menganalisis Al-Qur’an dan Hadis tentang berfikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama; mempresentasikan pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadis tentang pentingnya berfikir kritis (critical thinking), ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama; membiasakan membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa berfikir kritis, ilmu pengetahuan dan teknologi, toleransi, memelihara kehidupan manusia, musibah, ujian, cinta tanah air dan moderasi beragama adalah ajaran agama; membiasakan sikap rasa ingin tahu, berfikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, toleransi, peduli sosial, cinta damai, semangat kebangsaan, dan tanggung jawab, sabar, tabah, pantang menyerah, tawakal, dan selalu berprasangka baik kepada Allah Swt. dalam menghadapi ujian dan musibah, cinta tanah air, dan moderasi dalam beragama.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa mampu menganalisis Al-Qur’an dan Hadis tentang berfikir kritis
Siswa mampu mempresentasikan pesan-pesan Al-Qur’an dan Hadis tentang pentingnya berfikir kritis (critical thinking)
Siswa mampu membiasakan membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa berfikir kritis adalah ajaran agama
Siswa mampu membiasakan sikap rasa ingin tahu dan berfikir kritis
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
(HR. Muslim)
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
"Cukuplah seseorang disebut pendusta bila ia mengatakan (membicarakan) semua yang ia dengar." (HR. Muslim)
Jika seseorang mendapatkan berita lalu menyampaikan seluruh informasinya tanpa landasan syar’i yang benar, maka Rasulullah Saw. menyebutnya sebagai pendusta. Hal ini karena siapa saja yang mendengar berita tanpa melakukan seleksi, sama saja seperti berdusta.
Hadis ini memberi pelajaran penting untuk membiasakan menyaring informasi. Jika memiliki berita dan ilmu, semestinya disampaikan kepada pihak lain. Namun, penyampaiannya harus tetap mengikuti prinsip-prinsip yang sudah digariskan oleh Allah Swt.
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
(Q.S. Az-Zumar/39:18)
Artinya:
(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.
Ayat ini menjelaskan bahwa:
Ciri ulil albab adalah orang yang gemar mengumpulkan berbagai informasi, namun berusaha memilah dan memilih informasi yang paling baik serta membawa maslahat/kebaikan.
Informasi yang diterima bisa berupa ajaran tentang ketuhanan, akhlak, moral, dan prinsip hidup dari berbagai sumber.
Selalu melakukan tabayyun (klarifikasi dan konfirmasi) sebelum menyampaikan atau mempercayai informasi.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
(Q.S. Al-Isrā’/17:36)
Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani—semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
Tabayyun sangat penting karena segala sesuatu yang diucapkan, didengar, dan disampaikan akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah Swt. Selain itu, tabayyun juga dapat menjauhkan seseorang dari prasangka buruk, fitnah, dan ghibah.
Sebagai makhluk sosial, manusia banyak melakukan interaksi. Interaksi akan menjadi sangat indah jika yang diserap hanyalah informasi yang baik dan bermanfaat. Hal ini menjadi sangat penting, apalagi di tengah derasnya arus informasi seperti saat ini. Jangan menerima informasi secara mentah-mentah, tetapi harus melalui proses seleksi dan pertimbangan.
Informasi sangat memengaruhi pola pikir seseorang. Pola pikir inilah yang kemudian membentuk tingkah laku. Jika informasi yang diterima buruk, maka perilaku pun berpotensi menjadi buruk. Sebaliknya, jika informasi yang diterima baik, maka sikap dan perilaku pun akan baik.
Oleh karena itu, di tengah derasnya arus informasi saat ini, kita patut memohon kepada Allah Swt. agar diberi kemampuan untuk tetap konsisten dalam kebaikan dan menjaga keimanan dari segala bentuk distorsi informasi.
Dari gambaran awal materi di atas, isi refleksi awal berikut ini